KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Depok, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................................
i
DAFTAR
ISI .........................................................................................................
ii
BAB
I :
PENDAHULUAN
...............................................................................................
1
1.1 Partisipasi Dalam Koperasi
......................................................................... 1
1.2 Masalah Partisipasi
......................................................................................
2
1.3 Biaya Partisipasi ...........................................................................................
5
BAB
II :
PEMBAHASAN
MASALAH ............................................................................
9
2.1
Pendekatan Kinerja Structure Conduct
.................................................... 9
2.2
Koperasi Dalam Persaingan Sempurna
.................................................... 10
2.3
Ekuilibrium Usaha Koperasi Dalam Persaingan Sempurna .................. 10
BAB
III :
PENUTUP
.........................................................................................................
12
3.1
Kesimpulan
..................................................................................................
12
DAFTAR
PUSTAKA .......................................................................................
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Partisipasi Dalam Koperasi
Partisipasi, bukan hanya bagian penting, tapi juga
vital dalam pembangunan koperasi. Partisipasi tidak dapat diasumsikan sebagai
suatu yang ‘’given’’ atau sesuatu yang demikian saja terjadi secara otomatis
dalam keberadaan koperasi.
Terdapat banyak koperasi dengan tingkat partisipasi
anggota yang rendah, namun beberapa di antaranya tetap dapat memberikan manfaat
yang memuaskan bagi para anggotanya. Akan tetapi, tanpa partisipasi anggota,
kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektivitas anggota dalam
rangka mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar.
Untuk alasan inilah partisipasi termasuk dalam uji
koperasi komparatif, yaitu suatu koperasi mungkin saja sukses dalam persaingan,
namun memberikan kinerja pelayanan yang minim bagi anggotanya.
Partisipasi dibutuhkan untuk mengurangi kinerja yang
buruk, mencegah penyimpangan dan membuat pemimpin koperasi bertanggung jawab.
Partisipasi anggota sering dianggap baik sebagai alat pengembangan maupun
sebagai tujuan akhir itu sendiri. Beberapa penulis meyakini bahwa partisipasi adalah
kebutuhan dan hak asasi manusia yang mendasar (Castilo, 1983 hal.466-7).
Manajemen koperasi tidak dapat diasumsikan memiliki
informasi yang diperlukan setiap saat. Sebaliknya, informasi harus dicari.
Mekanisme untuk menemukan informasi,
yang dibutuhkan untuk menyesuaikan pelayanan yang akan diberikan oleh koperasi
bagi kepentingan/kebutuhan anggotanya, merupakan proses partisipasi juga.
Partisipasi pada hakikatnya tidak membuat joperasi
berbeda dari organisasi yang tidak memiliki sifat/kriteria identitas. Jika
suatu perusahaan menjual jasanya di pasar terbuka, maka perusahaan tersebut
juga membutuhkan umpan balik dari pelanggan agar dapat bersaing dengan
berhasil. Inti dari umpan balik ini adalah informasi mengenai jumlah
produk/jasa yang dapat dijual oleh perusahaan jika pelanggan tidak puas, mereka
akan membeli sedikit, dan dengan ini sebenarnya mereka telah memberikan
informasi berharga bagi perusahaan untuk meningkatkan pelayanannya.
Dalam suatu koperasi, seluruh alat partisipasi ini
adalah lazim, tetapi intensitas partisipasinya dapat lebih tinggi, sebab
anggota bukan hanya merupakan pelanggan, tetapi juga sebagai pemilik
perusahaan. Mereka dapat mempengaruhi dan mengawasi/ mengendalikan manajemen,
bukan hanya dengan menahan permintaan, mengkritik pelayanan dan lain – lain,
tetapi juga dalam peran mereka selaku pemilik, yaitu jika perlu, memecat
manajemen koperasi mereka
Dalam kondisi bagaimana para pelanggan dari suatu
perusahaan menganggap bahwa memakai kekuatan mereka atas perusahaan lain
melalui keputusan untuk membeli atau tidak adalah tidak cukup untuk melindungi
kepentingan mereka
1.2 MASALAH PARTISIPASI
Variabel
terpenting yang akan ditelaah dalam koperasi adalah pertanggung jawaban
(UpHoff,1986, hal. 129). Seringkali koperasi hanya “koperasi” dalam nama saja,
sebagaimana dikatakan oleh UpHoff :
·
Fungsi koperasi tidak seperti yang
dinilai atau yang dimengerti oleh anggota.
·
Struktur organisasi dan proses
pengambilan keputusan sulit dimengerti dan dikendalikan, kompleksitas
organisasi terlalu tinggi.
·
Tujuan koperasi, menurut sudut pandang
anggota, terlalu sempit.
·
Koperasi dijalankan sebagai tanggapan
atas kepentingan manajer atau para pemimpin lainnya, atau sebagai tanggapan
atas kepentingan dan arahan dari pemerintah.
·
Koperasi terbuka juga bagi non-anggota
dan usaha-non anggota ini mungkin justru akan menyerap sebagian sumber daya
koperasi yang penting.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa partisipasi
anggota tidak perlu, karena :
1. Kepemimpinan
koperasi dapat bertindak secara alami menurut/sesuai dengan kepentingan anggota
2. Anggota
sebagai pemilik koperasi bagaimana pun akan dapat mengawasi kegiatan koperasi.
Dua hal diatas dapt menghindari
konflik antara pemimpin dan anggota koperasi, atau mereka mengasumsikan
hubungan yang harmonis abtara manajemen/pimpinan dan anggota koperasi. Hubungan
antara kepemilikan dan manajemen serta kontrol pada perusahaan, telah dibahas
secara luas dalam ilmu ekonomi.
Jika hubungan antara pemilik dan
manajemen diisolasi, terdapat empat kemungkinan bentuk yang akan dipakai
perusahaan: perusahaan yang dikelola sendiri, kemitraan, perusahaan umum, dan
koperasi. Hanya dalam perusahaan yang dikelola sendiri tidak terdapat masalah
konflik kepentingan karena pemilik/pengelolanya adalah orang yang memiliki
klaim atas pendapatan perusahaannya.
Teori-teori baru telah dikembangkan
untuk memberikan suatu penjelasan ringkas mengenai masalah-masalah ini.
Pembahasan yang lebih rinci mengenai “Ekonomi Biaya Transaksi”. Dalam masalah principal-agent yang mendasar, suatu
pihak (principa, pemilik) membayar
pihak lain (agent, manajer) untuk
bekerja bagi kepentingannya. Principal secara
umum dapat mengamati konsekuensi dari tindakan-tindakan agent, sedangkan informasi mengenai tindakan agent maupun lingkungan yang relevan lebih rendah dibandingkan
dengan informasi yang dimiliki oleh agent, informasi orang-orang dalam perusahaan,
sehingga yang menyulitkan dan mahal bagi principal
untuk mengendalikan tindakan-tindakan agent
yang dipekerjakannya.
Memiliki suatu perusahaan belom
menjamin pengawasan atau pengelolaan manajemen perusahaan berjalan menurut
kepentingan pemilik, kecuali jika orang yang memiliki perusahaan juga merupakan
orang yang membuat keputusan-keputusan manajerial penting.
Teori koperasi tradisional
mendasarkan argumennya pada pengendalian aktual manajemen koperasi oleh para
anggotanya/pemiliknya. Akan tetapi, pengalaman di negara maju maupun di negara
berkembang menunjukan dengan jelas bahwa “teori harmoni” merupakan gambaran
realita yang naif dan sebaliknya diganti oleh “teori konflik”. Teori konflik
memperhitungkan adanya suatu konflik
kepentingan antara manajemen dan para anggota, maupun konflik di antara para
anggota itu sendiri. Jika koperasi dibina atau dibantu oleh pemerintah ataupun
lembaga eksternal lainnya, konflik potensial tingkat tiga mungkin timbul, yaitu
: suatu konflik kepentingan antara “promotor” eksternal disuatu pihak dan
kelompok masyarakat koperasi, seperti manajemen dan anggota, dipihak lain.
Pengelompokan utama dalam suatu
koperasi terdiri dari anggota, direksi, dan manajemen. Keanggotaan itu sendiri
tidak perlu homogen, mungkin saja ada para pemegang saham yang tidak lagi
melakukan hubungan dagang dengan koperasi tetapi masih bisa melakukan hak
pilih, anggota yang sudah lama menggunakan layanan koperasi, maupun
anggota-anggota baru. Volume usaha yang dilakukan anggota dengan koperasi bervariasi,
sehingga pengguna jasa/pelanggan yang aktif mungkin akan memiliki kebutuhan dan
aspirasi yang berbeda dari mereka yang tidak aktif.
Konflik mungkin juga terjadi antara
direktorat dan eksekutif, terlebih lagi pada koperasi yang besar, multifungsi/usaha
dengan struktur administrasi yang rumit dan kegiatan komersial yang luas.
Pembahasan lebih lanjut akan
memperlihatkan bahwa kuantitas dan kualitas pengaruh koperasi sangat tergantung
pada jenis solusi konflik yang akan memberikan manfaat.
1.3
Biaya Partisipasi
Partisipasi
merupakan suatu alat untuk lebih memuaskan kebutuhan anggota. Dalam argumen
ini, masalah biaya partisipasi mungkin akan menjadi masalah yang diperdebatkan,
bahwa semakin tinggi partisipasi akan semakin tinggi pula kesejahteraan anggotanya.
Akan tetapi, argumen ini akan berlaku hanya jika untuk berpartisipasi itu tidak
memerlukan biaya, atau dengan kta lain, tidak menghabiskan sumber daya apa pun.
Jika
besar manfaat partisipasi sudah ditentukan, maka “manfaat bersih” yang akan diproleh,
tergantung pada biaya untuk berpartisipasi itu sendiri.
Biaya
partisipasi tergantung pada waktu, energi, dan sumber-sumber daya langsung yang
digunakan oleh anggota, manajemen, dan pemimpin koperasi untuk berpartisipasi
dalam koperasinya. Partisipasi koperasi yang efektif bukan merupakan sesuatu
yang gratis atau Cuma-Cuma, tetapi mahal bagi mereka yag memilih secara
sukarela maupun yang diwajibkan, sebagai bagian dari tugas mereka, untuk
berpartisipasi didalam koperasi. Partisipasi, menuntut investasi yang besar dan
berkesinambungan atas waktu, energi, dan kebebasan pribadi untuk bertindak dari
pihak yang berpartisipasi (jhonston/Clark 1982. Hal 171).
Faktor-fator
apa saja yang menetukan biaya untuk berpartisipasi, ada tiga faktor yang akan
dibahas secara terprinci yaitu ukuran koperasi, heterogenitas keanggotaan, dan
jumlah fungsi koperasi yang bersangkutan.
1. Ukuran
Koperasi.
Hipotesis
:
Semakin
besar ukuran suatu koperasi, maka akan semakin tinggi biaya untuk
berpartisipasi.
Alasannya
:
1. Dengan
peningkatan jumlah anggota, maka keefektifan partisipasi berkurang karen untuk
mencapai manfaat tertentu, semaki banyak sumber daya yang harus dipakai
(misalnya keefektifan diskusi berkurang)
2. Dengan
peningkatan jumlah anggota, dapat diperkirakan akan lebih banyak waktu, energi
maupun sumber-sumber daya yang digunakan untuk berpartisipasi.
3. Dengan
semakin tinggi biaya partisipasi, tanggapan yang rasional dari anggota adalah
menurunkan tingkat partisipasinya sehingga menjadi anggota yang lebih pasif,
dan akan lebih mengandalkan pihak-pihak lain dalam menjalankan tugasnya untk
mengendalikan manajemen. Para anggota tersebut akan bertindak sebagai
“penumpang gelap” mengandalkan anggota lainnya untk melakukan tugas
partisipasi, namun mereka tetap berharap dapat menikmati manfaatnya.
4. Tingkat
profesionalisme manajerial akan meningkat sejalan dengan ukuran koperasi. Hal
ini akan lebih menyulitkan dan membutuhkan banyak biaya lagi anggota untuk
berpartisipasi.
Dari keempat faktor ini, dapat disimpulkan bahwa
partisipasi anggota akan berkurang sejalan dengan meningkatnya ukuran
keanggotaan dan karena itu dapat diharapkan terjadinya peningkatan dalam hal
pengaruh manajemen semakin besar koperasi akan semakin berkuasa dan
berpengaruhlah manajemen. Koperasi yang besar akan cenderung lebih dikuasai
oleh manajemen.
2. Struktur
Keanggotaan
Hipotesis
:
Semakin
heterogen keanggotaan suatu koperasi, akan semakin tinggi biaya untuk
berpartisipasi.
Struktur keanggotaan memiliki banyak dimensi seperti
penghasilan, profesi, pendidikan, dan lain-lain, dimana yang lebih penting
adalah penghasilan dan profesi.
Pemilihan keanggotaan adalah variabel yang peka
dalam koperasi, karena koperasi sering dianggap sebagai suatu organisasi
“terbuka” tidak seorangpun yang memenuhi kriteria untuk menjadi anggota dapat
dihalangi untuk menjadi anggota baru atau terhalang untuk memasuki organisasi
ini.
Jika koperasi terdiri dari anggota-anggota yang
berbeda dari segi penghasilan , profesi, dan tingkat pendidikan, maka potensi
terjadinya konflik antara anggota maupun anggota dengan manajemen, akan semakin
tinggi dibanding dengan koperasi yang memiliki keanggotaan lebih homogen.
Kepentingan dan kemampuan individu untuk
memanfaatkan fasilitas koperasi juga berlainan. Orang yang berbeda pula.
Semakin heterogen sebuah koperasi, semakin tinggi pula potensi konflik yang
terjadi. Ada beberapa konsekuensi yang timbul.
Pertama, semakin tinggi tingkat potensi konflik yang
terjadi, semakin bayak smber daya koperasi dan anggota yang harus
diinvestasikan dalam mempelajari serta menangani konflik.
Kedua, dengan kapasitas yang berbeda untuk
berpartisipasi, khususnya dalam hal penghasilan, maka opportunity cost untuk
berpartisipasi antara-anggota, maka berbeda pula. Bagi anggota yang tidak
mampu, sumber daya waktu, energi, dan materil yang harus
digunakan/diinvestasikan untuk berpartisipasi mungkin memiliki opportunity cost lebih tinggi, bila dibandingkan dengan anggota
yang lebih mampu.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
2.1
Pendekatan
Kinerja Structure Conduct
Kebijakan
harga pasar bagi koperasi dibandingkan pada aturan harga intra koperasi,
misalnya berapa harga yang harus dibayar anggota pada koperasi pemasok dan
berapa harga yang diterima anggota pada koperasi pemasaran. Pertanyaan yang
timbul adalah bagaimana koperasi pada pasar yang berbeda dapat menyediakan
manfaat ekonomi bagi anggota dibanding dengan perusahaan non-koperasi.
Ada
dua pandagan teoritis yang dapat memanbantu menjawab pertanyaan di atas :
1. Pendekatan
pertama, model struktur pasar neo-klasik standar, adalah suatu pendekatan yang
paling umum dipakai dalam literatur koperasi.
2. Pendekatan
kedua, teori klasik mengenai proses pasar, yang tampaknya belum dipakai secara
sistematis dalam pemikiran koperasi.
Model
noeklasik standar terdiri dari pasar persaingan sempurna, persaingan
monopolistik, oligopoli,, dan monopoli. Pada ujung yang satu tingkat persaingan
adalah nol, sedangkan pada ujung lain tingkat persaingan adalah maksimal.
Kinerja
pasar berhubungan dengan hasil ekonomis dan non ekonomis yang di tentukan oleh
struktur pasar perusahaan yang dihasilkannya. Kinerja dapat dilihat dalam
hubungannya dengan dimensi yang berbeda seperti efisiensi ekonomis, mutu
produk, kemajuan tekonologi, dan dalam hal koperasi, promosi anggota
.
2.2
Koperasi
Dalam Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna adalah struktur
pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli ekonomi. Model persaingannya
merupakan dasar analisis dan riset terapan yang halus.
Karakteristik apa yang menyebabkan terjadinya
persaingan sempurna dalam suatu industri atau pasar? Asumsi model persaingan
adalah sebagai berikut.
1. Jumlah
pembelian dan penjualan yang besar
Jumlah
yang besar merupakan gambaran struktural dasar pasar persaingan pasar sempurna.
Besar disini, tidak mengacu pada jumlah tertentu. Akan tetapi harus ada cukup
perusahaan, sehingga masing-masing perusahaan, sebesar apa pun, hanya pemasok
sebagian kecil dari jumlah keselutuhan yang mempengaruhi pasar.
2. Seluruh
perusahaan menjual produk yang identik. Pembelian menganggap produk suatu
perusahaan sama dengan produk perusahaan lain.
2.3
Ekuilibrium
Usaha Koperasi Dalam Persaingan Sempurna
Tujuan
– tujuan usaha koperasi
1. Memaksimalkan
laba
Perusahaan
berada dalam kondisi ekuilibrium ketika ia memaksimalkan laba yang
didefinisikan perbedaan antara Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR). Keadaan
ini sama dengan aturan persamaan Marginal Revenue = Mrginal Cost (MR = MC).
2. Memaksimalkan
Output
Asumsi
perilaku lainnya adalah memaksimisasi output, dalam konsdisi ini akan terwujud
jika Average Cost (AC) = Average Revenue (AR).
3. Meminimasi
Average Cost
Ini
merupakan tujuan koperasi untuk memberikan pelayanan kepada anggota dengan
tingkat harga yang serendah rendahnya hal ini berarti koperasi memproduksi
output pada Average Cost yang minimum.
4. Kompetitif
ekuilibrium
Koperasi
berprilaku seperti halnya ia berada didalam struktur pasar yang kompetitif.
Dalam persaingan sempurna, ekuilibrium akan di peroleh jika MC = P = AC
BAB
III
Penutup
3.1 Kesimpulan
jika
koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus memberikan paling sedikit manfaat
yang sama dengan pasar, bagi para anggotanya, dalam persaingan sempurna, suatu
koperasi tidak dapat mempengaruhi/mengendalikan harga. Kurva permintaan bagi
koperasi akan sangat elastis, misalnya koperasi dapat menjual
sebanyak-banyaknya atau sesedikit mungkin output sebagaimana yang
dikehendakinya tanpa mampu mempengaruhi harga.
Daftar
Pustaka
Hj. Djatnika, Sri, S.E.,
M.Si.(2003).Ekonomi Koperasi Teori Dan Manajemen.Jakarta:Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar